Kamera DSLR mempunyai
kelebihan di banding kamera digital lainnya yaitu di bagian lensanya.
Kamera DSLR bisa menggonta-ganti lensa sesuai keperluan kita ingin
memotret objek apa. Cukup dengan satu Kamera DSLR kita bisa sepuasnya
ingin mengganti lensa, sehingga objek yang kita hasilnya bisa maksimal.
Lensa juga mempunyai berbagai macam tipe, dan anda dapat membelinya
sendiri atau meminjam punya teman.
Tetapi di balik kelebihan tentu adanya kekurangan, yaitu proses
penggantian lensa. Lumayan aman jika kita mengganti lensa di dalam
ruangan, tetapi bila kita sedang di luar ruangan tentunya banyak sekali
debu dan kotoran yang bisa masuk ke dalam lensa sehingga objek yang kita
hasilkan jadi tidak lagi semaksimal mungkin atau bahkan bisa membuat
lensa jadi bermasalah dan rusak.
Tips Mengganti Lensa Kamera DSLR
Selalu gunakan strap atau tali kamera, sehingga pada saat mengganti lensa, anda kalungkan tali kamera dan kamera akan terarah ke bawah
Pastikan anda pasang tutup depan (front cap) lensa
Tekan tombol kunci lensa di bagian kirim lensa, putar ke arah kiri sampai benar-benar kendor dari kamera
Setelah lepas segera tutup lensa belakang (end cap) dan letakkan di tempat yang aman
Sembari cepat mengambil lensa yang akan
di pasang dan buka tutup lensa belakang (end cap) dan tepatkan titp
putih lensa dengan titik putih yang ada di kamera lalu putar ke arah
kanan sampai terkunci dengan baik
Simpan lensa yang lama ke dalam tas, selesai.
Tips Tambahan:
Hindari pengganti lensa di tempat yang berdebu dan berangin kencang.
Setelah pemasang lensa, selalu aktifkan fitur sensor cleaning di kamera, untuk menghindari bercak debu pada foto.
Fokus adalah
salah satu elemen penting dalam fotografi. Seberapa tepat penggunakan fokus
akan menentukan hasil dari objek yang anda foto. Tidak jarang kita mendapatkan
gambar yang blur, tidak jelas atau kurang tajam. Bukan perkara yang mudah untuk
menguasai fokus pada kamera. Diperlukan keahlian yang mumpuni, karena kesalahan
dalam menentukan fokus kamera akan membuat kualitas gambar yang dihasilkan jadi
kurang bagus. Tentunya anda tidak ingin hasil foto anda mengalami hal itu
bukan?
Untungnya di era digital ini mengatur fokus pada kamera digital bukanlah perkara yang terlalu
sulit. Sebelum ditemukannya teknologi Auto Focus (AF) mencari titik fokus tidak
semudah sekarang. Fotografer harus mencari fokusnya sendiri dengan cara
memutar ring fokus pada lensa dan melihatnya dari viewfinder lalu menentukan
hasil yang paling tajam menurut pengamatannya sendiri. Terdengar cukup rumit
bukan? Seperti yang penulis bilang di atas tadi, satu kesalahan dapat membuat
hasil foto kurang bagus. Kemudian zaman berkembang dan ditemukanlah teknologi
Auto Focus yang memudahkan fotografer untuk mengambil dan mendapatkan gambar
tanpa harus mengatur sendiri titik fokusnya. Dengan teknologi ini, kamera akan
secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapatkan hasil foto yang
terbaik dan dalam waktu yang cukup singkat. Caranya pun cukup mudah, anda
tinggal menekan shutter setengah lalu biarkan kamera bekerja mencari fokus
serta menguncinya. Setelah itu akan terdegar bunyi “beep” sebagai tanda fokus
telah terkunci dan anda pun siap mengambil gambar. Semua proses itu terjadi
dalam waktu yang singkat, hanya sepersekian detik. Kecepatannya pun berbeda
pada tiap kamera. Semakin canggih kamera akan semakin singkat waktu yang
diperlukan untuk menemukan fokus.
Namun apakah
benar teknologi Auto Fokus ini adalah cara terbaik menghasilkan foto
berkualitas? Atau kah mencari fokus secara manual lebih baik dari Auto Fokus?
Untuk membahasnya secara lebih detil, mari sedikit simak beberapa mode fokus
yang ditawarkan pada kamera DSLR.
1. One Shot
AF/Single Area AF (AF-S)
Pada Canon anda
akan menemukan One Shot AF sedangkan pada Nikon anda akan menemukan Single Area
AF. Dari nama yang tertera pada mode ini nampaknya cukup jelas bahwa mode AF
ini bahwa nantinya kita akan memilih satu titik fokus lalu kamera akan mencari
kontras pada titik tersebut. Saat kita memencet tombol shutter setengah, kamera
akan mengeluarkan bunyi “beep” dan mengunci fokusnya di titik tersebut. Ketika
objek berpindah dan kita tetep pencet shutter setengah, fokus tidak akan
berpindah secara otomatis. Bukaan yang besar biasanya dikombinasikan dengan
mode ini. Akan sangat tepat menggunakan mode Auto Fokus ini untuk mengambil
gambar objek diam atau tidak bergerak cepat seperti makanan, landscape, atau
sekedar kondisi sehari-hari. Dalam mode ini pula, kita tidak dapat memencet
shutter secara penuh sebelum kamera menguci fokus.
2. AI Servo
AF/Continuous AF (AF-C)
Pada canon anda
akan menemukan mode ini dengan nama AI Servo AF, sedangkan pada nikon anda akan
menemukannya dengan nama Continuous AF atau AF-C. Mode ini tentu saja berbeda
dari mode sebelumnya. AI Servo atau AF-C ini dirancang untuk mengambil foto
objek yang bergerak seperti orang yang sedang berlari, mobil di jalanan atau
hewan liar yang bergerak. Mode fokus ini dirancang untuk melacak gerakan objek
yang akan difoto dan mengantisipasi arah gerakannya. Sehingga walaupun objek
bergerak, gambar yang dihasilkan akan tetap tajam karena titik fokus akan terus
memprediksi posisi objek. Saat objek foto bergerak cepat dan kamera dapat fokus
dengan tepat, maka akan dihasilkan foto dengan latar belakang yang kabut
terarah atau membentuk “motion blur”. Pada mode ini, semakin canggih kameranya
makan akan semakin akurat trackingnya.
3. AI
Focus/Automatic AF (AF-A)
Anda akan
menemukannya dengan nama AI Focus pada Canon dan AF-A pada Nikon. Mode fokus
ini merupakan fokus campuran yang menggabungkan kedua fokus di atas. Pada mode
ini kamera akan menentukan fokus apa yang digunakan pada sebuah objek.
Penentuannya berdasarkan pergerakan objek yang tertangkap pada sensor. Kamera akan
mengganti fokus dari single ke continuous atau sebaliknya secara otomatis
sesuai dengan kondisi objek yang akan di foto. Mode ini sangat cocok untuk
memotret dalam kondisi yang berubah-ubah. Bagi pemula, mode ini bisa sangat
membantu karena tidak perlu mengganti-ganti mode fokus. Sayangnya, tidak semua
kamera DSLR memiliki mode ini.
4. Manual
Focus/MF
Mode ini
disediakan bagi para fotografer yang ingin menentukan fokusnya sendiri
menggunakan focusing ring pada lensa. Mode ini memerlukan perpaduan tangan yang
menentukan fokus dan mata yang melihatnya. Anda juga dapat memanfaatkan
konfirmasi pada kamera untuk membantu anda menguasai mode ini. Auto Focus
kadang melakukan kesalahan focus, dan pada saat itu terjadi adalah saat yang
tepat menggunakan mode fokus manual ini. Karena biar bagaimanapun mata anda
jauh lebih baik daripada lensa. Walaupun memang memerlukan latihan yang mungkin
cukup lama, namun mode manual ini akan sangat berguna pada saat-saat tertentu.
Setiap mode fokus pada kamera berguna pada saat-saat tertentu. Masing-masing tentunya
memiliki kelebihan pada tiap keadaan yang berbeda. Semuanya tinggal bagaimana anda mengatur dan mengontrol
penuh kamera anda untuk mendapatkan hasil gambar terbaik. Yang perlu diingat
adalah jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru.
Perkembangan
fotografi sekarang ini berkembang menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup
terutama dikalangan anak muda. Terlihat dari banyaknya komunitas fotografi yang
muncul dan berkembang pesat sekarang ini. Tidak jarang juga kita melihat anak
muda yang membawa-bawa kamera ketika sedang hang out bersama teman-temannya.
Belum lagi fotografi menggunakan kamera ponsel yang didukung dengan
perkembangan smartphone yang kian canggih dan menanamkan kamera dengan resolusi
yang semakin besar serta fitur yang semakin canggih. Dapat dikatakan bahwa
mengabadikan momen sekarang ini tidak hanya dapat dilakukan oleh fotografer,
namun siapapun dengan kamera dapat melakukannya. Fotografi telah menjadi bagian
dari gaya hidup masyarakat modern.
Fotografi tentu
saja erat kaitannya dengan kamera, dimana kamera sebagai senjata utama para
fotografer. Perkembangan kamera dari jaman ke jaman sangatlah pesar. Dimulai
dar jaman kamera analog hingga jaman kamera digital sekarang ini. Sebut saja
kamera pocket, kamera prosumer, kamera mirrorless, kamera DSLR, dll. Setiap
kamera mempunyai keunggulan masing-masing. Seperti kamera pocket yang ringkas
serta mudah dibawa, kamera prosumer yang mempunyai super zoom, atau kamera
mirrorless yang disebut-sebut sebagai kamera tengah antara kamera DSLR dan
pocket kamera karena ukurannya yang kecil namun kualitas yang hampir menyamai kamera
DSLR.
Ditengah terpaan
arus jaman yang deras dan perkembangan kamera yang semakin banyak jenisnya,
kamera DSLR menjadi sebuah pilihan yang tetap banyak dipilih oleh para penyuka
fotografi.Bahkan jika bersaing dengan kamera mirrorless, kamera DSLR masih
banyak dipilih oleh penyuka fotografi. Fitur yang canggih dan kontrol penuh
terhadap kamera membuat kamera ini sangat menjanjikan untuk menghasilkan foto
yang berkualitas. Belum lagi anda dapat menambahkan sendiri aksesoris penunjang
seperti lampu flash, mengganti lensa, dll yang semuanya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan fotografi anda. Bisa dibilang kamera DSLR tak lekang dimakan
zaman. Kemunculan kamera-kamera generasi baru seperti mirrorless tidak membuat kamera
DSLR kalah pamor di mata para fotografer. Belum lagi tampilan luar dari kamera
DSLR terlihat kokoh dan menimbulkan kesan “profesional”.
Setelah memiliki
kamera DSLR bukan berarti anda dapat langsung menghasilkan foto dengan kualitas
tinggi seperti seorang fotografi profesional. Anda harus tetap berlatih dan
terus mengasah kemampuan anda menggunakan kamera DSLR. Coba juga untuk
menguasai dan memaksimalkan fitur canggih di dalamnya agar tidak sia-sia semua
fitur canggih tersebut. Jika dirasa perlu, anda dapat menambah aksesoris
pelengkap yang dapat menambah kemampuan dan kinerja kamera DSLR serta
menyesuaikannya dengan kebutuhan anda sebagai pengguna. Jika ini adalah pertama
kalinya anda menggunakan kamera DSLR ada baiknya anda mengutak-atik dan mencari
tahu kegunaan setiap panel serta fitur di dalamnya agar setidaknya anda
mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh kamera DSLR tersebut.
Hal lainnya yang
juga dirasa perlu adalah hal-hal mendasar pada kamera DSLR seperti cara
memegang kamera. Hal ini sangat mendasar dan beberapa orang menganggapnya
terlalu simpel dan mudah untuk dipelajari sehingga mengabaikan dan menganggap
remeh. Mungkin kebanyakan dari anda sudah pernah melihat pose seorang
fotografer ketika menggunakan kamera DSLR. Posenya terlihat sangat profesional
bukan? Sebenarnya tidak semudah itu untuk memegang kamera DSLR, terutama untuk
kamera DSLR yang bobotnya lumayan berat. Cara memegang kamera DSLR yang
kelihatannya mudah dan remeh ternyata menjadi salah satu kunci untuk
mendapatkan hasil gambar yang tajam dan berkualitas. Karena ternyata teknik
memegang kamera DSLR yang baik dan benar dapat membantu kestabilan dalam
mengambil gambar dan mengurangi goyangan sehingga hasil foto yang dihasilkan
dapat menjadi lebih tajam dan berkualitas. Selain itu, ketika memegang kamera
DSLR, kita juga harus mampu untuk mengatur zoom dan mengubah posisi secepatnya
dari landscape ke potrait tanpa mengorbankan kestabilan dan kualitas gambar.
Dasar teknik
ketika memegang kamera DSLR sebenarnya tidak rumit, dibutuhkan kedua tangan
untuk memegang kamera DSLR terutama yang berbobot berat. Ketika anda tidak
mempunyai keseimbangan yang cukup untuk menjaga kestabilan kamera, jangan
mencoba memegangnya dengan satu tangan karena hasilnya tidak akan memuaskan.
Cobalah untuk tetap memegangnya dengan dua tangan, karena akan memberikan
keseimbangan yang lebih baik.
Tangan kiri
berfungsi sebagai tangan pendukung, yang artinya tangan tersebut menjadi
penopang ketika anda memegang kamera DSLR, tangan ini menjadi penentu
kestabilan dalam pengambilan gambar. Posisinya seperti orang memegang piring
dengan sebagian telapak tangan berada di badan kamera, sebagian lagi berada di
badan lensa kamera. Ibu jari dan jari tengah atau jari telunjuk dapat berfungsi
sebagai pengatur zoom pada lensa. Jangan lupa juga untuk meletakkan siku anda
pada bagian tulang rusuk atau di sekitar antara perut dan dada. Tujuannya
adalah untuk menjaga kestabilan agar kamera tidak bergoyang.
Tangan kanan
berfungsi sebagai tangan kontrol, untuk mengontrol kecepatan shutter dan
perpindahan mode. Tangan ini berperan sangat penting dalam pengambilan gambar. Ketika
anda akan merubah posisi kamera dari landscape menjadi potrait, tangan kanan
anda yang bergerak dan memutar berlawanan arah jarum jam atau diputar kearah
kiri dari arah anda sedangkan tangan kanan tetap di tempatnya. Jangan lupa pula
untuk mengaitkan strap kamera pada lehar anda untuk mencegah kamera
langsung jatuh ke tanah ketika pegangan
terlepas. Ketika menggunakan viewfinder, gunakan salah satu mata anda yang
paling nyaman digunakan.
Ketika semua
terpenuhi, anda dapat mencoba mengambil gambar dan lihat hasilnya. Inti dari
teknik memegang kamera DSLR adalah kestabilan dan kontrol kamera. Dimana kedua
hal tersebut berpadu untuk menghasilkan gambar yang lebih tajam dan
berkualitas. Memang nampaknya cukup melelahkan menggunakan teknik ini khususnya
jika dalam jangka waktu yang lama. Menggunakan tripod sebagai penyangga dan
penjaga kestabilan kamera memang lebih terjamin dan tentunya tidak terlalu
membuat pegal, namun untuk pemula yang tidak mempunyai tripod ada baiknya anda
mempraktekan teknik dasar ini.
Lensa kit, atau lensa yang dijadikan satu paket penjualan saat
membeli kamera DSLR, disediakan supaya para pembeli bisa langsung
memakai kameranya untuk memotret. Lensa kit yang paling banyak ditemui
disaat ini biasanya adalah lensa 18-55mm. Spesifikasi lensa kit umumnya
dibuat cukup untuk mewakili kebutuhan fotografi dasar sehari-hari, dan
kualitas optiknya pun sudah lumayan bagus. Tapi adakalanya kita merasa
bosan dengan lensa kit yang dipunyai, dan sedang mencari-cari info
mengenai lensa lain yang setingkat lebih baik dari lensa kit. Artikel
ini akan membantu anda untuk mendapat gambaran lensa apa saja yang bisa
jadi pengganti lensa kit, khususnya lensa 18-55mm.
Tapi sebelum itu, ketahui dulu apa alasan utama anda ingin mengganti
lensa kit. Bila jawabannya karena lensa kit itu kurang wide, atau kurang
tele, mungkin akan lebih baik anda membeli lensa lain yang jadi
pelengkap dari lensa kit. Misalnya yang perlu lebih wide bisa beli lensa
wide 10-24mm, atau yang perlu jangkauan tele lebih jauh bisa membeli
lensa 55-200mm/55-250mm. Beberapa alasan orang yang ingin ‘berpisah’
dari lensa kitnya diantaranya adalah :
perlu lensa yang bisa menjangkau dari wide hingga lebih tele
perlu lensa yang bukaannya lebih besar
perlu lensa yang motor fokusnya lebih cepat
perlu lensa yang kualitas optiknya lebih baik
tidak suka dengan manual fokus lensa kit yang kurang presisi, atau fing manual fokus yang berputar (tidak bisa pakai filter CPL)
tidak bisa menghasilkan bokeh yang baik
malu memakai lensa kit (kurang keren)
Pilihan lensa-lensa yang saya sarankan :
Lensa bukaan besar
Lensa di kelas ini punya ciri bukaan maksimumnya besar (f/2.8) dan
konstan (dari wide hingga tele bukaan maksimumnya tetap besar). Jangan
heran karena itulah harga lensa seperti ini bisa berkali-kali lipat dari
harga lensa kit (asumsi harga lensa kit adalah 2 juta). Nikon misalnya,
punya lensa AF-S 17-55mm f/2.8 yang harganya diatas 10 juta, demikian juga dengan Canon. Alternatif hemat ada Sigma 17-50mm f/2.8 seharga 7 juta dan dari Tamron di kisaran 4 juta. Paling terjangkau adalah Tamron AF 17-50mm f/2.8 non VC
yang dijual dibawah 3 juta, seperti gambar di atas. Keuntungan lensa
ini adalah bukaan besar bisa membantu mendapat foto yang terang walau
cahaya kurang, lalu bisa dapat bokeh yang lebih blur dan
kualitas optiknya relatif paling baik dibanding lensa sekelasnya. Maka
itu lensa seperti ini sering dipakai untuk liputan khususnya wedding.
Kekurangannya adalah harganya mahal dan rentang fokalnya cukup pendek
(hanya sampai 55mm, bahkan ada yang cuma sampai 50mm) jadi seakan-akan
tidak berbeda dengan lensa kit 18-55mm.
Lensa all-round/lensa serba guna
Lensa kategori ini hampir sama dengan lensa kit, tetapi rentang
fokalnya lebih panjang khususnya dalam hal kemampuan telenya. All-around
juga bisa diartikan lensa serba guna (general purpose), yang
mencakup dari wide (18mm) hingga agak tele (misal 70mm). Lensa dengan
fokal seperti ini cocok untuk pemandangan hingga potret, tapi bukan
untuk kebutuhan tele yang jauh. Lensa ini harganya lebih terjangkau
dibanding lensa sapujagat/superzoom, di kisaran 4-6 jutaan dan kualitas
optiknya relatif bagus. Fitur anti getar umumnya sudah disematkan di
lensa kategori all-around.
Kenapa lensa semacam ini dipilih untuk menggantikan lensa kit, alasan
utamanya adalah dalam hal kualitas bodinya. Lensa di kelas ini punya
bodi yang lebih mantap, mount logam, motor fokus yang lebih handal dan manual fokus yang lebih nyaman. Pilihan di kelas ini adalah Canon EF-S 15-85mm, Nikon AF-S 16-85mm (contoh gambar di atas) dan Sigma 17-70mm DC.
Kekurangan lensa ini adalah, bila kemampuan telenya belum membuat anda
puas, anda akan perlu membeli satu lensa khusus tele zoom seperti
70-300mm.
Lensa sapujagat (super zoom)
Lensa dengan istilah yang unik ini maksudnya adalah lensa superzoom,
dengan fokal yang serba-bisa dari wide (misal 18mm) hingga tele (misal
200mm atau bahkan 300mm). Dengan satu lensa ini saja kita bisa
maksimalkan untuk berbagai kebutuhan seperti pemandangan, liputan,
potret maupun candid. Pilihan yang umum biasanya Canon EF-S 18-200mm IS (gambar di atas), Nikon AF-S 18-200mm VR
(dan kini ada juga yang 18-300mm VR), lalu ada Sigma dan Tamron juga
bisa dicoba (misal 18-250mm). Semua lensa di kategori ini semestinya
sudah dilengkapi dengan fitur anti getar karena fokal telenya akan rawan
getaran tangan saat memotret. Kekurangan lensa ini adalah harganya
cukup tinggi (6-10 jutaan) dan ukurannya cukup besar. Saat memakai fokal
paling tele, lensa ini bisa memanjang sampai 2x lipat. Selain itu
kualitas optiknya juga pas-pasan, walau bukan berarti jelek.
Ada juga satu jenis lensa zoom yang hampir masuk kelompok sapujagat, yaitu misalnya Nikon AF-S 18-140mm VR
yang harganya lebih terjangkau tapi kemampuan telenya hanya sampai
140mm. Kalau tidak terlalu butuh bukaan besar, jarang memotret diatas
140mm, ada baiknya lensa AF-S 18-140mm VR ini jadi kandidat ekonomis
pengganti lensa kit.
Lensa Full Frame
Perhatikan juga kalau semua lensa yang diulas diatas itu pada
dasarnya adalah lensa crop, atau lensa dengan diameter kecil yang
disesuaikan dengan sensor APS-C, tapi tidak untuk dipakai di DSLR full
frame. Kalau anda ada rencana jangka panjang ganti bodi ke DSLR full
frame, tidak ada salahnya mulai memiliki lensa yang kompatibel dengan
full frame, walau harganya memang lebih mahal.
Pilihannya diantaranya :
lensa 24-70mm f/2.8
lensa 24-70mm f/4
lensa 24-105mm f/4
Tiap merk umumnya punya sebagian lensa yang saya tulis diatas, misal
Canon, Nikon, Sigma dll. Perhatikan kalau lensa untuk full frame memang
memiliki fokal wide 24mm dan ini akan sedikit jadi kendala karena di
kamera DSLR APS-C akan memberi bidang gambar yang setara dengan 35mm
jadi tidak terlalu lebar.
Kamera
Single Lens Reflex atau sering disebut dengan kamera SLR, merupakan
jenis kamera yang mengalami pengembangan dengan berbagai macam fasilitas
di dalamnya. Kamera ini tergolong kamera yang paling popular
keberadaannya di tengah masyarakat, bahkan sampai memasuki teknologi
terkinipun kamera SLR ini, masih dikembangkan dalam versi digital.
Pengadaan beragamnya jenis lensapun tak luput dari pengembangannya.
Beredarnya beberapa jenis lensa yang ada ditengah masyarakat bahkan
menjadi andalan dari beberapa fotografer baik professional maupun amatir
telah banyak mencoba hadirnya lensa-lensa baru dalam dunia fotografi.
Keberadaan lensa-lensa dari berbagai macam jenis itu, pada dasarnya
untuk membantu cara pemotretan yang lebih efisen dan praktis dalam
membidik obyek sasaran. Keberadaan beberapa lensa bersama spesifikasi
serta karakter di dalamnya digunakan untuk menyesuaikan kondisi dari
obyek yang akan dipotret sehingga hasil bidikan akan tercipta dengan
baik tanpa harus menyusahkan orang yang akan melakukannya. Berdasarkan
panjang fokus (focal length) lensa dapat dibagi dalam tiga kategori :
a. Lensa pendek,untuk lensa bersudut lebar
b. Lensa normal atau standar
c. Lensa panjang untuk lensa bersudut sempit
Panjang
fokus yang dimaksud ialah jarak antara titik pusat lensa dan titik di
mana semua berkas cahaya sejajar lensa terfokuskan .Panjang fokus ini
diukur dalam milimeter. Untuk mengetahui jenis-jenis lensa dalam kamera
fotografi berikut ini akan diulas lebih dalam tentang lensa-lensa
tersebut seperti berikut ini :
1. Lensa normal
Lensa
Standard atau Lensa Normal adalah Lensa yang mempunyai jarak sama atau
nyata antara pandangan jendela bidik dengan keadaan yang sebenarnya,
lensa ini berguna dalam pemotretan biasa atau dalam suasana sehari-hari.
Lensa normal untuk sebuah kamera belum tentu normal untuk kamera
lainnya. Tergantung besar/format film. Misal, kamera dengan film ukuran
6x6 cm, lensa normalnya berukuran 85mm. Sedangkan untuk format film 35mm
adalah 43 mm. Umumnya lensa-lensa di antara 40mm dan 55 mm termasuk
kategori lensa normal.
2. Lensa sudut lebar
Lensa
Wide Agle atau lensa sudut lebar dapat menciptakan kesan yang lebar
terhadap situasi disekeliling obyek. Beberapa contoh pemotretan dengan
menggunakan lensa wide angle, membuat obyek yang jumlahnya banyak dalam
satu ruangan bisa diangkat semuanya dalam satu frame pemotretan. Lensa
bersudut lebar berpotensi memberikan efek perspektif dan menciptakan
distorsi gambar. Salah satu keuntungan lensa bersudut lebar mempunyai
ruang tajam yang luas. Ideal untuk merekam pemandangan atau pemotretan
dalam ruang sempit.
3. Lensa tele
Lensa
tele dalam kamera fotografi sangat membantu dalam pengambilan gambar
obyek yang posisinya sangat jauh dari lokasi pemotretan. Lensa ini juga
mempunyai karakter dapat mencuri adegan yang realistik dari obyek yang
dibidik termasuk suasana tawuran yang membahayakan. Lensa tele mempunyai
ruang tajam yang sempit, karena itu diperlukan penajaman gambar yang
tepat. Agak sukar digunakan untuk memotret obyek yang bergerak cepat,
terutama bila bergerak ke araah pemotret. Sifat dari lensa ini adalah
memampatkan atau “menarik ke depan “ benda-benda yang direkam, sehingga
terlihat seperti berdesak-desakan.
4. Lensa zoom
lensa
Zoom dalam kamera fotografi merupakan pemakaian yang fleksibel dalam
membaca situasi di lingkungan pemotretan. Dengan memakai lensa ini sang
fotografer bebas menggerakkan kameranya untuk menentukan panjang zoom
terpilih tanpa harus melakukan gerakan maju dan mundur dalam suasana
pemotretan. Lensa Zoom juga mempunyai beberapa ukuran seperti 28 mm – 85
mm, 35 mm – 70 mm, 35 mm – 105 mm. Ketiga jenis ini menyatukan sudut
lebar dan normal ke dalam ruang zoomnya. Sedangkan sudut panjang seperti
zoom dengan ukuran 70 mm – 210 mm, 80 mm – 200 mm, 80 mm – 300 mm.
5. Lensa Macro
Lensa
Macro dalam kamera fotografi berfungsi untuk melakukan pemotretan
benda-benda atau binatang yang ukurannya sangat kecil. Dalam kasus
seperti ini jika menggunakan lensa biasa atau normal tidak akan dapat
menciptakan fokus dengan ketajaman sempurna, disebabkan jarak pemotretan
yang tidak direkomendasikan.Tetapi dengan menggunakan lensa macro hal
itu dapat tertangani dengan baik walaupun posisi kamera terlalu dekat
dengan obyek sekalipun. Lensa ini cocok sebagai pelaksana penciptaan
foto-foto yang bernafaskan pendidikan dan teknologi. Dengan memakai
lensa ini maka jarak pemotretan dengan benda yang dibidiknya juga bisa
dilakukan dalam posisi dekat, hal ini tidak bisa dilakukan dengan lensa –
lensa lainnya. Lensa macro mempunyai bukaan diafragma yang besar hingga
mencapai (1.5) misalnya tergantung merek dari lensanya. Ukuran Lensa
macro seperti 55 mm, 105 mm dan 200 mm.
6. Lensa Fish Eye
Lensa
Fish Eye dalam kamera fotografi berfungsi untuk menciptakan karakter
khusus terhadap obyek yang dibidik hingga menimbulkan kesan distorsi
bentuk gambar. Pendistorsian ini akan membentuk pada obyek dengan
menghasilkan gambar berkesan melengkung pada sisi kanan dan kirinya.
Lensa ini mempunyai penciptaan gambar hingga kelebaran sudut mencapai
180 derjat. Pada lensa Fish Eye bentuk lensa depan terlihat lebih
melengkug ke depan.
Kamera
Video
adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari
mode gambar analog. Kamera Video termasuk salah satu produk teknologi digital,
sehingga disebut pula salah satu perangkat digitizer yang memiliki kemampuan
mengambil input data analog berupa fr ekuensi sinar dan mengubah ke mode
digital elektronis.
Teknik
Penyuntingan Video
Teknik
Linear
dilakukan dengan memotong -motong bahan video yang diberi istilah klip dan
disusun dengan menggunakan video player dan perekam (VCR-Video Cassete
Recorder), bisa juga mengguna kan dua player bila kita ingin memasukan effect,
sehingga bisa diatur sesuai dengan potongan yang ada.
Teknik
Non-Linear,
serupa dengan linear kita memotong -motong klip dalam editing, tetapi jauh
lebih mudahkarena tinggal drag and drop tanpa kerja dari nol, begitu juga untuk
memasukan effect, kita tinggal drag and drop dengan effect yang sudah tersedia.
Bahkan kita dapat mengatur dengan mudah durasi dari effect yang kita pakai.
Macam
bidang pandangan pada saat perekaman gambar adalah
1. ELS ( Extreme Long Shot)
2. LS (Long Shot)
3. MLS (Medium Long Shot)
4. MS (Medium Shot)
5. MCU (Medium Close Up)
6. CU (Close UP)
7. BCU ( Big Close Up)
8. ECU ( Extreme Close Up)
CAMERA
ANGLE
Bird
eye view
: Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga
memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang
tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan
helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi.
High
Angle
: Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek,pengambilan gambar seperti ini
memeiliki arti yang dramatik yaitu kecil/kerdil.
Low
Angle
: Pengambilan gambar dari bawah objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan
kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah
keagungan atau kejayaan.
Eye
Level
: Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada
kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya
memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
Frog
Level
: Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek
berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.
Selain teknik-teknik maupun tatacara
pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh seorang kameramen ada hal lain yang
harus di miliki yakni sense of art atau rasa seni, karena gambar yang di
ambil oleh kameramen merupakan karya seni. Setiap orang memungkinkan untuk
menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa
seni atau keindahan maka hasil yang di dapatkanpun kurang maksimal. Jadi rasa
seni yang tinggi dapat di jadikan modal utama untuk menjadi kameramen.
Kamera
refleks lensa tunggal (bahasa Inggris: Single-lens reflex (SLR)
camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur
tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal
Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat
melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal
ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di
viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena
kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan
berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk
melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera
SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal
melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan
ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma
kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik.
Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya
dapat langsung mengenai film.
Nah,
bagi para pemula ada tiga hal dasar dalam settingan kamera yang harus
dipahami untuk dapat menghasilkan foto yang sesuai keingginan. Tiga
settingan tersebut yang saya maksud adalah Diafragma, Shutter Speed, dan
ISO. Hal ini terutama apabila kita menggunakan mode Manual, maka
seluruh settingan kamera berada dalam kendali juru foto. Dengan memahami
tiga hal tersebut maka diharapkan kita bisa menghasilkan foto yang pas,
maksudnya tidak over exposure(gambar yang terlalu terang, sehingga
warna detail obyek menjadi hilang) atau under exposure (gambar yang
terlalu gelap).
1. Diagfragma
Diafragma
merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang fungsinya
sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual fungsi
diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa.
Simbol yang dipakai adalah huruf f. Kalau kita perhatikaan di seputar
gelang tersebut tertera angka dari 1,4 2 2,8 4 5,6 8 11 16 22 angka
tersebut sebenarnya merupakan angka pecahan yang menggambarkan
perbandingan antara besar kecilnya intensitas cahaya di luar kamera
dengan intensitas cahaya yang ada di dalam lensa.Dengan demikian,
misalnya f/1 sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa , itu
artinya intensitas cahaya di luar dan di dalam lensa adalah sama. Kita
ambil f/1 tadi sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa maka
bukaan-bukaan selanjutnya merupakan separuh dari kekuatan sebelumnya.
Diperoleh 1/1,4=1,4 lalu 1,4x1,4=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi
f/2 dan selanjutnya secara berturut-turut diperoleh f/2,8 –4-5,6 –8 –11
dst. Karena setiap stop selisihnya separuh atau setengahnya dari angka
kiri kanannya, maka dengan mudah dapat kita temukan bahwa pada f/4
cahaya yang masuk adaalah 1/2x1/2x1/2x1/2=1/16 dan pada f/8 adalah
1/2x1/2x1/2x1/2x1/2x1/2=1/64 karena angka-angka yang tertera dalam
gelang diafragma tersebut sebenarnya adalah angka pecahaan maka, Angka
yang kecil menunjukkan bukaan diaafragma terbesar, sedang angka yang
besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil.
2. Kecepatan Rana(Shutter Speed)
Di
samping engkol pengokang film kamera kita terdapat komponen yang
disebut Selektor Kecepatan. Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana
terbuka sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan
kebutuhan kondisi pada waktu itu. Kalau kita lihat selektor tersebut
tertera angka B 1 2 4 8 15 30 60 125 500 1000 2000 Angka tersebut juga
menggambarkan pecahan dalam skala detik, demikian misalkan, speed
dipilih angka 1/60 maka kecepatan membuka rana adalah 1/60 detik.
Sedangkan huruf B di depan angka 1 itu adalah tanda bahwa rana akan
terbuka terus selama tombol pelepas rana masih kita tekan, atau fungsi
membuka rana sesuai dengan waktu yang kita butuhkan. Fungsi selektor
kecepatan B ini dipakai misalnya kita hendak memotret obyek berupa lampu
reklame di malam hari atau suasana malam. Pemilihan
angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada situasi/kondisi obyek
yang hendak kita foto. Untuk menangkap/membekukan obyek yang bergerak
semisal mobil atau motor yang sedang melaju maka kita memilih kecepatan
tinggi katakankah 500 ke atas. Sebaliknya , bila hendak menghasilkan
efek benda bergerak, maka kita pilih speed lambat pada waktu kita
membidik obyek yang sedang melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai
30 ke bawah.Dengan pemilihan speed lambat maka ketika fokus kita
arahkan pada obyek yang bergerak maka background yang tampak pada foto
akan terlihat jelas sementara obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja
pemilihan kecepatan ini disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang
kita pilih juga, agar pembakaran film pada pemotretan tepat.
3. ISO
ISO adalah
satuan tingkat sensitifitas pada sensor kamera terhadap cahaya, apabila
di kamera analog sama dengan nilai ASA film. Semakin besar
nilai ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya, sehingga
semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya itu artinya semakin cepat
sensor kamera merekam obyek. Untuk menghasilkan foto yang baik,
tidak over maupun under exposure maka kita harus menguasai tiga
settingan dasar tersebut. Untuk menguasai ketiga hal tersebut maka perlu
banyak latihan sehingga dengan sendirinya feeling kita akan terasah
untuk dapat mensetting kamera dengan tepat sesuai dengan kondisi obyek
yang kita hadapi dan gambar yang kita harapkan.