1

Slide 1

2

Slide 2

3

Slide 3

4

Slide 4

5

Slide 5

Selasa, 24 Februari 2015

Tips Mengganti Lensa Kamera DSLR dengan Cepat dan Aman

Tips Mengganti Lensa Kamera DSLR dengan Cepat dan Aman
Kamera DSLR mempunyai kelebihan di banding kamera digital lainnya yaitu di bagian lensanya. Kamera DSLR bisa menggonta-ganti lensa sesuai keperluan kita ingin memotret objek apa. Cukup dengan satu Kamera DSLR kita bisa sepuasnya ingin mengganti lensa, sehingga objek yang kita hasilnya bisa maksimal. Lensa juga mempunyai berbagai macam tipe, dan anda dapat membelinya sendiri atau meminjam punya teman.
Tetapi di balik kelebihan tentu adanya kekurangan, yaitu proses penggantian lensa. Lumayan aman jika kita mengganti lensa di dalam ruangan, tetapi bila kita sedang di luar ruangan tentunya banyak sekali debu dan kotoran yang bisa masuk ke dalam lensa sehingga objek yang kita hasilkan jadi tidak lagi semaksimal mungkin atau bahkan bisa membuat lensa jadi bermasalah dan rusak.

Tips Mengganti Lensa Kamera DSLR


  • Selalu gunakan strap atau tali kamera, sehingga pada saat mengganti lensa, anda kalungkan tali kamera dan kamera akan terarah ke bawah
  • Pastikan anda pasang tutup depan (front cap) lensa
  • Tekan tombol kunci lensa di bagian kirim lensa, putar ke arah kiri sampai benar-benar kendor dari kamera
  • Setelah lepas segera tutup lensa belakang (end cap) dan letakkan di tempat yang aman
  • Sembari cepat mengambil lensa yang akan di pasang dan buka tutup lensa belakang (end cap) dan tepatkan titp putih lensa dengan titik putih yang ada di kamera lalu putar ke arah kanan sampai terkunci dengan baik
  • Simpan lensa yang lama ke dalam tas, selesai.
Tips Tambahan:
Hindari pengganti lensa di tempat yang berdebu dan berangin kencang.
Setelah pemasang lensa, selalu aktifkan fitur sensor cleaning di kamera, untuk menghindari bercak debu pada foto.

Cara Menentukan Fokus pada Kamera DSLR yang Benar

Fokus Pada Kamera
Fokus adalah salah satu elemen penting dalam fotografi. Seberapa tepat penggunakan fokus akan menentukan hasil dari objek yang anda foto. Tidak jarang kita mendapatkan gambar yang blur, tidak jelas atau kurang tajam. Bukan perkara yang mudah untuk menguasai fokus pada kamera. Diperlukan keahlian yang mumpuni, karena kesalahan dalam menentukan fokus kamera akan membuat kualitas gambar yang dihasilkan jadi kurang bagus. Tentunya anda tidak ingin hasil foto anda mengalami hal itu bukan?

Untungnya di era digital ini mengatur fokus pada kamera digital bukanlah perkara yang terlalu sulit. Sebelum ditemukannya teknologi Auto Focus (AF) mencari titik fokus tidak semudah sekarang. Fotografer harus mencari fokusnya sendiri dengan cara memutar ring fokus pada lensa dan melihatnya dari viewfinder lalu menentukan hasil yang paling tajam menurut pengamatannya sendiri. Terdengar cukup rumit bukan? Seperti yang penulis bilang di atas tadi, satu kesalahan dapat membuat hasil foto kurang bagus. Kemudian zaman berkembang dan ditemukanlah teknologi Auto Focus yang memudahkan fotografer untuk mengambil dan mendapatkan gambar tanpa harus mengatur sendiri titik fokusnya. Dengan teknologi ini, kamera akan secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapatkan hasil foto yang terbaik dan dalam waktu yang cukup singkat. Caranya pun cukup mudah, anda tinggal menekan shutter setengah lalu biarkan kamera bekerja mencari fokus serta menguncinya. Setelah itu akan terdegar bunyi “beep” sebagai tanda fokus telah terkunci dan anda pun siap mengambil gambar. Semua proses itu terjadi dalam waktu yang singkat, hanya sepersekian detik. Kecepatannya pun berbeda pada tiap kamera. Semakin canggih kamera akan semakin singkat waktu yang diperlukan untuk menemukan fokus.

Namun apakah benar teknologi Auto Fokus ini adalah cara terbaik menghasilkan foto berkualitas? Atau kah mencari fokus secara manual lebih baik dari Auto Fokus? Untuk membahasnya secara lebih detil, mari sedikit simak beberapa mode fokus yang ditawarkan pada kamera DSLR.  

1. One Shot AF/Single Area AF (AF-S)
Pada Canon anda akan menemukan One Shot AF sedangkan pada Nikon anda akan menemukan Single Area AF. Dari nama yang tertera pada mode ini nampaknya cukup jelas bahwa mode AF ini bahwa nantinya kita akan memilih satu titik fokus lalu kamera akan mencari kontras pada titik tersebut. Saat kita memencet tombol shutter setengah, kamera akan mengeluarkan bunyi “beep” dan mengunci fokusnya di titik tersebut. Ketika objek berpindah dan kita tetep pencet shutter setengah, fokus tidak akan berpindah secara otomatis. Bukaan yang besar biasanya dikombinasikan dengan mode ini. Akan sangat tepat menggunakan mode Auto Fokus ini untuk mengambil gambar objek diam atau tidak bergerak cepat seperti makanan, landscape, atau sekedar kondisi sehari-hari. Dalam mode ini pula, kita tidak dapat memencet shutter secara penuh sebelum kamera menguci fokus.

2. AI Servo AF/Continuous AF (AF-C)
Pada canon anda akan menemukan mode ini dengan nama AI Servo AF, sedangkan pada nikon anda akan menemukannya dengan nama Continuous AF atau AF-C. Mode ini tentu saja berbeda dari mode sebelumnya. AI Servo atau AF-C ini dirancang untuk mengambil foto objek yang bergerak seperti orang yang sedang berlari, mobil di jalanan atau hewan liar yang bergerak. Mode fokus ini dirancang untuk melacak gerakan objek yang akan difoto dan mengantisipasi arah gerakannya. Sehingga walaupun objek bergerak, gambar yang dihasilkan akan tetap tajam karena titik fokus akan terus memprediksi posisi objek. Saat objek foto bergerak cepat dan kamera dapat fokus dengan tepat, maka akan dihasilkan foto dengan latar belakang yang kabut terarah atau membentuk “motion blur”. Pada mode ini, semakin canggih kameranya makan akan semakin akurat trackingnya.

3. AI Focus/Automatic AF (AF-A)
Anda akan menemukannya dengan nama AI Focus pada Canon dan AF-A pada Nikon. Mode fokus ini merupakan fokus campuran yang menggabungkan kedua fokus di atas. Pada mode ini kamera akan menentukan fokus apa yang digunakan pada sebuah objek. Penentuannya berdasarkan pergerakan objek yang tertangkap pada sensor. Kamera akan mengganti fokus dari single ke continuous atau sebaliknya secara otomatis sesuai dengan kondisi objek yang akan di foto. Mode ini sangat cocok untuk memotret dalam kondisi yang berubah-ubah. Bagi pemula, mode ini bisa sangat membantu karena tidak perlu mengganti-ganti mode fokus. Sayangnya, tidak semua kamera DSLR memiliki mode ini.

4. Manual Focus/MF
Mode ini disediakan bagi para fotografer yang ingin menentukan fokusnya sendiri menggunakan focusing ring pada lensa. Mode ini memerlukan perpaduan tangan yang menentukan fokus dan mata yang melihatnya. Anda juga dapat memanfaatkan konfirmasi pada kamera untuk membantu anda menguasai mode ini. Auto Focus kadang melakukan kesalahan focus, dan pada saat itu terjadi adalah saat yang tepat menggunakan mode fokus manual ini. Karena biar bagaimanapun mata anda jauh lebih baik daripada lensa. Walaupun memang memerlukan latihan yang mungkin cukup lama, namun mode manual ini akan sangat berguna pada saat-saat tertentu.

Setiap mode fokus pada kamera berguna pada saat-saat tertentu. Masing-masing tentunya memiliki kelebihan pada tiap keadaan yang berbeda. Semuanya tinggal bagaimana anda mengatur dan mengontrol penuh kamera anda untuk mendapatkan hasil gambar terbaik. Yang perlu diingat adalah jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru.

Cara Memegang Kamera DSLR Seperti Seorang Profesional

Perkembangan fotografi sekarang ini berkembang menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup terutama dikalangan anak muda. Terlihat dari banyaknya komunitas fotografi yang muncul dan berkembang pesat sekarang ini. Tidak jarang juga kita melihat anak muda yang membawa-bawa kamera ketika sedang hang out bersama teman-temannya. Belum lagi fotografi menggunakan kamera ponsel yang didukung dengan perkembangan smartphone yang kian canggih dan menanamkan kamera dengan resolusi yang semakin besar serta fitur yang semakin canggih. Dapat dikatakan bahwa mengabadikan momen sekarang ini tidak hanya dapat dilakukan oleh fotografer, namun siapapun dengan kamera dapat melakukannya. Fotografi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern.

Fotografi tentu saja erat kaitannya dengan kamera, dimana kamera sebagai senjata utama para fotografer. Perkembangan kamera dari jaman ke jaman sangatlah pesar. Dimulai dar jaman kamera analog hingga jaman kamera digital sekarang ini. Sebut saja kamera pocket, kamera prosumer, kamera mirrorless, kamera DSLR, dll. Setiap kamera mempunyai keunggulan masing-masing. Seperti kamera pocket yang ringkas serta mudah dibawa, kamera prosumer yang mempunyai super zoom, atau kamera mirrorless yang disebut-sebut sebagai kamera tengah antara kamera DSLR dan pocket kamera karena ukurannya yang kecil namun kualitas yang hampir menyamai kamera DSLR.

Ditengah terpaan arus jaman yang deras dan perkembangan kamera yang semakin banyak jenisnya, kamera DSLR menjadi sebuah pilihan yang tetap banyak dipilih oleh para penyuka fotografi.Bahkan jika bersaing dengan kamera mirrorless, kamera DSLR masih banyak dipilih oleh penyuka fotografi. Fitur yang canggih dan kontrol penuh terhadap kamera membuat kamera ini sangat menjanjikan untuk menghasilkan foto yang berkualitas. Belum lagi anda dapat menambahkan sendiri aksesoris penunjang seperti lampu flash, mengganti lensa, dll yang semuanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan fotografi anda. Bisa dibilang kamera DSLR tak lekang dimakan zaman. Kemunculan kamera-kamera generasi baru seperti mirrorless tidak membuat kamera DSLR kalah pamor di mata para fotografer. Belum lagi tampilan luar dari kamera DSLR terlihat kokoh dan menimbulkan kesan “profesional”.

Setelah memiliki kamera DSLR bukan berarti anda dapat langsung menghasilkan foto dengan kualitas tinggi seperti seorang fotografi profesional. Anda harus tetap berlatih dan terus mengasah kemampuan anda menggunakan kamera DSLR. Coba juga untuk menguasai dan memaksimalkan fitur canggih di dalamnya agar tidak sia-sia semua fitur canggih tersebut. Jika dirasa perlu, anda dapat menambah aksesoris pelengkap yang dapat menambah kemampuan dan kinerja kamera DSLR serta menyesuaikannya dengan kebutuhan anda sebagai pengguna. Jika ini adalah pertama kalinya anda menggunakan kamera DSLR ada baiknya anda mengutak-atik dan mencari tahu kegunaan setiap panel serta fitur di dalamnya agar setidaknya anda mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh kamera DSLR tersebut.

Hal lainnya yang juga dirasa perlu adalah hal-hal mendasar pada kamera DSLR seperti cara memegang kamera. Hal ini sangat mendasar dan beberapa orang menganggapnya terlalu simpel dan mudah untuk dipelajari sehingga mengabaikan dan menganggap remeh. Mungkin kebanyakan dari anda sudah pernah melihat pose seorang fotografer ketika menggunakan kamera DSLR. Posenya terlihat sangat profesional bukan? Sebenarnya tidak semudah itu untuk memegang kamera DSLR, terutama untuk kamera DSLR yang bobotnya lumayan berat. Cara memegang kamera DSLR yang kelihatannya mudah dan remeh ternyata menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan hasil gambar yang tajam dan berkualitas. Karena ternyata teknik memegang kamera DSLR yang baik dan benar dapat membantu kestabilan dalam mengambil gambar dan mengurangi goyangan sehingga hasil foto yang dihasilkan dapat menjadi lebih tajam dan berkualitas. Selain itu, ketika memegang kamera DSLR, kita juga harus mampu untuk mengatur zoom dan mengubah posisi secepatnya dari landscape ke potrait tanpa mengorbankan kestabilan dan kualitas gambar.

Dasar teknik ketika memegang kamera DSLR sebenarnya tidak rumit, dibutuhkan kedua tangan untuk memegang kamera DSLR terutama yang berbobot berat. Ketika anda tidak mempunyai keseimbangan yang cukup untuk menjaga kestabilan kamera, jangan mencoba memegangnya dengan satu tangan karena hasilnya tidak akan memuaskan. Cobalah untuk tetap memegangnya dengan dua tangan, karena akan memberikan keseimbangan yang lebih baik.

Tangan kiri berfungsi sebagai tangan pendukung, yang artinya tangan tersebut menjadi penopang ketika anda memegang kamera DSLR, tangan ini menjadi penentu kestabilan dalam pengambilan gambar. Posisinya seperti orang memegang piring dengan sebagian telapak tangan berada di badan kamera, sebagian lagi berada di badan lensa kamera. Ibu jari dan jari tengah atau jari telunjuk dapat berfungsi sebagai pengatur zoom pada lensa. Jangan lupa juga untuk meletakkan siku anda pada bagian tulang rusuk atau di sekitar antara perut dan dada. Tujuannya adalah untuk menjaga kestabilan agar kamera tidak bergoyang.

Tangan kanan berfungsi sebagai tangan kontrol, untuk mengontrol kecepatan shutter dan perpindahan mode. Tangan ini berperan sangat penting dalam pengambilan gambar. Ketika anda akan merubah posisi kamera dari landscape menjadi potrait, tangan kanan anda yang bergerak dan memutar berlawanan arah jarum jam atau diputar kearah kiri dari arah anda sedangkan tangan kanan tetap di tempatnya. Jangan lupa pula untuk mengaitkan strap kamera pada lehar anda untuk mencegah kamera langsung  jatuh ke tanah ketika pegangan terlepas. Ketika menggunakan viewfinder, gunakan salah satu mata anda yang paling nyaman digunakan.


Ketika semua terpenuhi, anda dapat mencoba mengambil gambar dan lihat hasilnya. Inti dari teknik memegang kamera DSLR adalah kestabilan dan kontrol kamera. Dimana kedua hal tersebut berpadu untuk menghasilkan gambar yang lebih tajam dan berkualitas. Memang nampaknya cukup melelahkan menggunakan teknik ini khususnya jika dalam jangka waktu yang lama. Menggunakan tripod sebagai penyangga dan penjaga kestabilan kamera memang lebih terjamin dan tentunya tidak terlalu membuat pegal, namun untuk pemula yang tidak mempunyai tripod ada baiknya anda mempraktekan teknik dasar ini.

Pilihan lensa pengganti dari lensa kit kamera DSLR

Lensa kit, atau lensa yang dijadikan satu paket penjualan saat membeli kamera DSLR, disediakan supaya para pembeli bisa langsung memakai kameranya untuk memotret. Lensa kit yang paling banyak ditemui disaat ini biasanya adalah lensa 18-55mm. Spesifikasi lensa kit umumnya dibuat cukup untuk mewakili kebutuhan fotografi dasar sehari-hari, dan kualitas optiknya pun sudah lumayan bagus. Tapi adakalanya kita merasa bosan dengan lensa kit yang dipunyai, dan sedang mencari-cari info mengenai lensa lain yang setingkat lebih baik dari lensa kit. Artikel ini akan membantu anda untuk mendapat gambaran lensa apa saja yang bisa jadi pengganti lensa kit, khususnya lensa 18-55mm.
Tapi sebelum itu, ketahui dulu apa alasan utama anda ingin mengganti lensa kit. Bila jawabannya karena lensa kit itu kurang wide, atau kurang tele, mungkin akan lebih baik anda membeli lensa lain yang jadi pelengkap dari lensa kit. Misalnya yang perlu lebih wide bisa beli lensa wide 10-24mm, atau yang perlu jangkauan tele lebih jauh bisa membeli lensa 55-200mm/55-250mm. Beberapa alasan orang yang ingin ‘berpisah’ dari lensa kitnya diantaranya adalah :
  • perlu lensa yang bisa menjangkau dari wide hingga lebih tele
  • perlu lensa yang bukaannya lebih besar
  • perlu lensa yang motor fokusnya lebih cepat
  • perlu lensa yang kualitas optiknya lebih baik
  • tidak suka dengan manual fokus lensa kit yang kurang presisi, atau fing manual fokus yang berputar (tidak bisa pakai filter CPL)
  • tidak bisa menghasilkan bokeh yang baik
  • malu memakai lensa kit (kurang keren)
Pilihan lensa-lensa yang saya sarankan :
Lensa bukaan besar
Lensa Tamron 17-50mm f/2.8
Lensa di kelas ini punya ciri bukaan maksimumnya besar (f/2.8) dan konstan (dari wide hingga tele bukaan maksimumnya tetap besar). Jangan heran karena itulah harga lensa seperti ini bisa berkali-kali lipat dari harga lensa kit (asumsi harga lensa kit adalah 2 juta). Nikon misalnya, punya lensa AF-S 17-55mm f/2.8 yang harganya diatas 10 juta, demikian juga dengan Canon. Alternatif hemat ada Sigma 17-50mm f/2.8 seharga 7 juta dan dari Tamron di kisaran 4 juta. Paling terjangkau adalah Tamron AF 17-50mm f/2.8 non VC yang dijual dibawah 3 juta, seperti gambar di atas. Keuntungan lensa ini adalah bukaan besar bisa membantu mendapat foto yang terang walau cahaya kurang, lalu bisa dapat bokeh yang lebih blur dan kualitas optiknya relatif paling baik dibanding lensa sekelasnya. Maka itu lensa seperti ini sering dipakai untuk liputan khususnya wedding. Kekurangannya adalah harganya mahal dan rentang fokalnya cukup pendek (hanya sampai 55mm, bahkan ada yang cuma sampai 50mm) jadi seakan-akan tidak berbeda dengan lensa kit 18-55mm.
Lensa all-round/lensa serba guna
Lensa Nikon 16-85mm DX
Lensa kategori ini hampir sama dengan lensa kit, tetapi rentang fokalnya lebih panjang khususnya dalam hal kemampuan telenya. All-around juga bisa diartikan lensa serba guna (general purpose), yang mencakup dari wide (18mm) hingga agak tele (misal 70mm). Lensa dengan fokal seperti ini cocok untuk pemandangan hingga potret, tapi bukan untuk kebutuhan tele yang jauh. Lensa ini harganya lebih terjangkau dibanding lensa sapujagat/superzoom, di kisaran 4-6 jutaan dan kualitas optiknya relatif bagus. Fitur anti getar umumnya sudah disematkan di lensa kategori all-around.
Kenapa lensa semacam ini dipilih untuk menggantikan lensa kit, alasan utamanya adalah dalam hal kualitas bodinya. Lensa di kelas ini punya bodi yang lebih mantap, mount logam, motor fokus yang lebih handal dan manual fokus yang lebih nyaman. Pilihan di kelas ini adalah Canon EF-S 15-85mmNikon AF-S 16-85mm (contoh gambar di atas) dan Sigma 17-70mm DC. Kekurangan lensa ini adalah, bila kemampuan telenya belum membuat anda puas, anda akan perlu membeli satu lensa khusus tele zoom seperti 70-300mm.
Lensa sapujagat (super zoom)
Lensa Canon 18-200mm
Lensa dengan istilah yang unik ini maksudnya adalah lensa superzoom, dengan fokal yang serba-bisa dari wide (misal 18mm) hingga tele (misal 200mm atau bahkan 300mm). Dengan satu lensa ini saja kita bisa maksimalkan untuk berbagai kebutuhan seperti pemandangan, liputan, potret maupun candid. Pilihan yang umum biasanya Canon EF-S 18-200mm IS (gambar di atas), Nikon AF-S 18-200mm VR (dan kini ada juga yang 18-300mm VR), lalu ada Sigma dan Tamron juga bisa dicoba (misal 18-250mm). Semua lensa di kategori ini semestinya sudah dilengkapi dengan fitur anti getar karena fokal telenya akan rawan getaran tangan saat memotret. Kekurangan lensa ini adalah harganya cukup tinggi (6-10 jutaan) dan ukurannya cukup besar. Saat memakai fokal paling tele, lensa ini bisa memanjang sampai 2x lipat. Selain itu kualitas optiknya juga pas-pasan, walau bukan berarti jelek.
Nikon AF-S 18-140mm
Nikon AF-S 18-140mm
Ada juga satu jenis lensa zoom yang hampir masuk kelompok sapujagat, yaitu misalnya Nikon AF-S 18-140mm VR yang harganya lebih terjangkau tapi kemampuan telenya hanya sampai 140mm. Kalau tidak terlalu butuh bukaan besar, jarang memotret diatas 140mm, ada baiknya lensa AF-S 18-140mm VR ini jadi kandidat ekonomis pengganti lensa kit.
Lensa Full Frame
Perhatikan juga kalau semua lensa yang diulas diatas itu pada dasarnya adalah lensa crop, atau lensa dengan diameter kecil yang disesuaikan dengan sensor APS-C, tapi tidak untuk dipakai di DSLR full frame. Kalau anda ada rencana jangka panjang ganti bodi ke DSLR full frame, tidak ada salahnya mulai memiliki lensa yang kompatibel dengan full frame, walau harganya memang lebih mahal.
Pilihannya diantaranya :
  • lensa 24-70mm f/2.8
  • lensa 24-70mm f/4
  • lensa 24-105mm f/4

Tiap merk umumnya punya sebagian lensa yang saya tulis diatas, misal Canon, Nikon, Sigma dll.  Perhatikan kalau lensa untuk full frame memang memiliki fokal wide 24mm dan ini akan sedikit jadi kendala karena di kamera DSLR APS-C akan memberi bidang gambar yang setara dengan 35mm jadi tidak terlalu lebar.

Jenis-Jenis Lensa Fotografi

Kamera Single Lens Reflex atau sering disebut dengan kamera SLR, merupakan jenis kamera yang mengalami pengembangan dengan berbagai macam fasilitas di dalamnya. Kamera ini tergolong kamera yang paling popular keberadaannya di tengah masyarakat, bahkan sampai memasuki teknologi terkinipun kamera SLR ini, masih dikembangkan dalam versi digital. Pengadaan beragamnya jenis lensapun tak luput dari pengembangannya. Beredarnya beberapa jenis lensa yang ada ditengah masyarakat bahkan menjadi andalan dari beberapa fotografer baik professional maupun amatir telah banyak mencoba hadirnya lensa-lensa baru dalam dunia fotografi. Keberadaan lensa-lensa dari berbagai macam jenis itu, pada dasarnya untuk membantu cara pemotretan yang lebih efisen dan praktis dalam membidik obyek sasaran. Keberadaan beberapa lensa bersama spesifikasi serta karakter di dalamnya digunakan untuk menyesuaikan kondisi dari obyek yang akan dipotret sehingga hasil bidikan akan tercipta dengan baik tanpa harus menyusahkan orang yang akan melakukannya. Berdasarkan panjang fokus (focal length) lensa dapat dibagi dalam tiga kategori :
a. Lensa pendek,untuk lensa bersudut lebar
b. Lensa normal atau standar
c. Lensa panjang untuk lensa bersudut sempit
Panjang fokus yang dimaksud ialah jarak antara titik pusat lensa dan titik di mana semua berkas cahaya sejajar lensa terfokuskan .Panjang fokus ini diukur dalam milimeter. Untuk mengetahui jenis-jenis lensa dalam kamera fotografi berikut ini akan diulas lebih dalam tentang lensa-lensa tersebut seperti berikut ini :


1. Lensa normal
Lensa Standard atau Lensa Normal adalah Lensa yang mempunyai jarak sama atau nyata antara pandangan jendela bidik dengan keadaan yang sebenarnya, lensa ini berguna dalam pemotretan biasa atau dalam suasana sehari-hari. Lensa normal untuk sebuah kamera belum tentu normal untuk kamera lainnya. Tergantung besar/format film. Misal, kamera dengan film ukuran 6x6 cm, lensa normalnya berukuran 85mm. Sedangkan untuk format film 35mm adalah 43 mm. Umumnya lensa-lensa di antara 40mm dan 55 mm termasuk kategori lensa normal.



2. Lensa sudut lebar
Lensa Wide Agle atau lensa sudut lebar dapat menciptakan kesan yang lebar terhadap situasi disekeliling obyek. Beberapa contoh pemotretan dengan menggunakan lensa wide angle, membuat obyek yang jumlahnya banyak dalam satu ruangan bisa diangkat semuanya dalam satu frame pemotretan. Lensa bersudut lebar berpotensi memberikan efek perspektif dan menciptakan distorsi gambar. Salah satu keuntungan lensa bersudut lebar mempunyai ruang tajam yang luas. Ideal untuk merekam pemandangan atau pemotretan dalam ruang sempit.




3. Lensa tele
Lensa tele dalam kamera fotografi sangat membantu dalam pengambilan gambar obyek yang posisinya sangat jauh dari lokasi pemotretan. Lensa ini juga mempunyai karakter dapat mencuri adegan yang realistik dari obyek yang dibidik termasuk suasana tawuran yang membahayakan. Lensa tele mempunyai ruang tajam yang sempit, karena itu diperlukan penajaman gambar yang tepat. Agak sukar digunakan untuk memotret obyek yang bergerak cepat, terutama bila bergerak ke araah pemotret. Sifat dari lensa ini adalah memampatkan atau “menarik ke depan “ benda-benda yang direkam, sehingga terlihat seperti berdesak-desakan.

4. Lensa zoom
lensa Zoom dalam kamera fotografi merupakan pemakaian yang fleksibel dalam membaca situasi di lingkungan pemotretan. Dengan memakai lensa ini sang fotografer bebas menggerakkan kameranya untuk menentukan panjang zoom terpilih tanpa harus melakukan gerakan maju dan mundur dalam suasana pemotretan. Lensa Zoom juga mempunyai beberapa ukuran seperti 28 mm – 85 mm, 35 mm – 70 mm, 35 mm – 105 mm. Ketiga jenis ini menyatukan sudut lebar dan normal ke dalam ruang zoomnya. Sedangkan sudut panjang seperti zoom dengan ukuran 70 mm – 210 mm, 80 mm – 200 mm, 80 mm – 300 mm.



5. Lensa Macro
Lensa Macro dalam kamera fotografi berfungsi untuk melakukan pemotretan benda-benda atau binatang yang ukurannya sangat kecil. Dalam kasus seperti ini jika menggunakan lensa biasa atau normal tidak akan dapat menciptakan fokus dengan ketajaman sempurna, disebabkan jarak pemotretan yang tidak direkomendasikan.Tetapi dengan menggunakan lensa macro hal itu dapat tertangani dengan baik walaupun posisi kamera terlalu dekat dengan obyek sekalipun. Lensa ini cocok sebagai pelaksana penciptaan foto-foto yang bernafaskan pendidikan dan teknologi. Dengan memakai lensa ini maka jarak pemotretan dengan benda yang dibidiknya juga bisa dilakukan dalam posisi dekat, hal ini tidak bisa dilakukan dengan lensa – lensa lainnya. Lensa macro mempunyai bukaan diafragma yang besar hingga mencapai (1.5) misalnya tergantung merek dari lensanya. Ukuran Lensa macro seperti 55 mm, 105 mm dan 200 mm.

6. Lensa Fish Eye

Lensa Fish Eye dalam kamera fotografi berfungsi untuk menciptakan karakter khusus terhadap obyek yang dibidik hingga menimbulkan kesan distorsi bentuk gambar. Pendistorsian ini akan membentuk pada obyek dengan menghasilkan gambar berkesan melengkung pada sisi kanan dan kirinya. Lensa ini mempunyai penciptaan gambar hingga kelebaran sudut mencapai 180 derjat. Pada lensa Fish Eye bentuk lensa depan terlihat lebih melengkug ke depan.

Teknik Pengambilan Gambar Video


Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk salah satu produk teknologi digital, sehingga disebut pula salah satu perangkat digitizer yang memiliki kemampuan mengambil input data analog berupa fr ekuensi sinar dan mengubah ke mode digital elektronis.

Teknik Penyuntingan Video
Teknik Linear dilakukan dengan memotong -motong bahan video yang diberi istilah klip dan disusun dengan menggunakan video player dan perekam (VCR-Video Cassete Recorder), bisa juga mengguna kan dua player bila kita ingin memasukan effect, sehingga bisa diatur sesuai dengan potongan yang ada.
Teknik Non-Linear, serupa dengan linear kita memotong -motong klip dalam editing, tetapi jauh lebih mudahkarena tinggal drag and drop tanpa kerja dari nol, begitu juga untuk memasukan effect, kita tinggal drag and drop dengan effect yang sudah tersedia. Bahkan kita dapat mengatur dengan mudah durasi dari effect yang kita pakai.

Macam bidang pandangan pada saat perekaman gambar adalah
1. ELS ( Extreme Long Shot)
2. LS (Long Shot)
3. MLS (Medium Long Shot)
4. MS (Medium Shot)
5. MCU (Medium Close Up)
6. CU (Close UP)
7. BCU ( Big Close Up)
8. ECU ( Extreme Close Up)
CAMERA ANGLE
Bird eye view : Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi.
High Angle : Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek,pengambilan gambar seperti ini memeiliki arti yang dramatik yaitu kecil/kerdil.
Low Angle : Pengambilan gambar dari bawah objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah keagungan atau kejayaan.
Eye Level : Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
Frog Level : Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.

Selain teknik-teknik maupun tatacara pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh seorang kameramen ada hal lain yang harus di miliki yakni sense of art atau rasa seni, karena gambar yang di ambil oleh kameramen merupakan karya seni. Setiap orang memungkinkan untuk menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil yang di dapatkanpun kurang maksimal. Jadi rasa seni yang tinggi dapat di jadikan modal utama untuk menjadi kameramen.

Memahami Diafragma, Shutter Speed, dan ISO bagi Fotografer Pemula

Kamera refleks lensa tunggal‎ (bahasa Inggris: Single-lens reflex (SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.

Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Nah, bagi para pemula ada tiga hal dasar dalam settingan kamera yang harus dipahami untuk dapat menghasilkan foto yang sesuai keingginan. Tiga settingan tersebut yang saya maksud adalah Diafragma, Shutter Speed, dan ISO. Hal ini terutama apabila kita menggunakan mode Manual, maka seluruh settingan kamera berada dalam kendali juru foto. Dengan memahami tiga hal tersebut maka diharapkan kita bisa menghasilkan foto yang pas, maksudnya tidak over exposure(gambar yang terlalu terang, sehingga warna detail obyek menjadi hilang) atau under exposure (gambar yang terlalu gelap).
1. Diagfragma
Diafragma merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang fungsinya sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual fungsi diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa. Simbol yang dipakai adalah huruf f. Kalau kita perhatikaan di seputar gelang tersebut tertera angka dari 1,4 2 2,8 4 5,6 8 11 16 22 angka tersebut sebenarnya merupakan angka pecahan yang menggambarkan perbandingan antara besar kecilnya intensitas cahaya di luar kamera dengan intensitas cahaya yang ada di dalam lensa.Dengan demikian, misalnya f/1 sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa , itu artinya intensitas cahaya di luar dan di dalam lensa adalah sama. Kita ambil f/1 tadi sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa maka bukaan-bukaan selanjutnya merupakan separuh dari kekuatan sebelumnya. Diperoleh 1/1,4=1,4 lalu 1,4x1,4=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi f/2 dan selanjutnya secara berturut-turut diperoleh f/2,8 –4-5,6 –8 –11 dst. Karena setiap stop selisihnya separuh atau setengahnya dari angka kiri kanannya, maka dengan mudah dapat kita temukan bahwa pada f/4 cahaya yang masuk adaalah 1/2x1/2x1/2x1/2=1/16 dan pada f/8 adalah 1/2x1/2x1/2x1/2x1/2x1/2=1/64 karena angka-angka yang tertera dalam gelang diafragma tersebut sebenarnya adalah angka pecahaan maka, Angka yang kecil menunjukkan bukaan diaafragma terbesar, sedang angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil.
2. Kecepatan Rana(Shutter Speed)
Di samping engkol pengokang film kamera kita terdapat komponen yang disebut Selektor Kecepatan. Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana terbuka sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan kebutuhan kondisi pada waktu itu. Kalau kita lihat selektor tersebut tertera angka B 1 2 4 8 15 30 60 125 500 1000 2000 Angka tersebut juga menggambarkan pecahan dalam skala detik, demikian misalkan, speed dipilih angka 1/60 maka kecepatan membuka rana adalah 1/60 detik. Sedangkan huruf B di depan angka 1 itu adalah tanda bahwa rana akan terbuka terus selama tombol pelepas rana masih kita tekan, atau fungsi membuka rana sesuai dengan waktu yang kita butuhkan. Fungsi selektor kecepatan B ini dipakai misalnya kita hendak memotret obyek berupa lampu reklame di malam hari atau suasana malam. Pemilihan angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada situasi/kondisi obyek yang hendak kita foto. Untuk menangkap/membekukan obyek yang bergerak semisal mobil atau motor yang sedang melaju maka kita memilih kecepatan tinggi katakankah 500 ke atas. Sebaliknya , bila hendak menghasilkan efek benda bergerak, maka kita pilih speed lambat pada waktu kita membidik obyek yang sedang melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai 30 ke bawah.Dengan pemilihan speed lambat maka ketika fokus kita arahkan pada obyek yang bergerak maka background yang tampak pada foto akan terlihat jelas sementara obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja pemilihan kecepatan ini disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang kita pilih juga, agar pembakaran film pada pemotretan tepat.
3. ISO

ISO adalah satuan tingkat sensitifitas pada sensor kamera terhadap cahaya, apabila di kamera analog sama dengan nilai ASA film. Semakin besar nilai ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya, sehingga semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya itu artinya semakin cepat sensor kamera merekam obyek. Untuk menghasilkan foto yang baik, tidak over maupun under exposure maka kita harus menguasai tiga settingan dasar tersebut. Untuk menguasai ketiga hal tersebut maka perlu banyak latihan sehingga dengan sendirinya feeling kita akan terasah untuk dapat mensetting kamera dengan tepat sesuai dengan kondisi obyek yang kita hadapi dan gambar yang kita harapkan.